Sidoarjo – Duka mendalam masih menyelimuti Kabupaten Sidoarjo. Tragedi ambruknya musholla Pondok Pesantren Al-Khoziny Buduran pada 29 September lalu menewaskan 63 santri, meninggalkan luka yang sulit terlupakan. Namun di tengah kesedihan itu, secercah cahaya harapan datang dari uluran tangan sesama. Perwakilan keluarga besar SMAN 3 menyerahkan bantuan senilai Rp3.205.000 kepada BAZNAS Sidoarjo, Jumat (17/10), sebagai bentuk solidaritas untuk pemulihan pasca-tragedi.
Rombongan yang dipimpin Ibu Sefinda AR, salah satu pengajar SMAN 3, bersama rekan sejawatnya dan tiga peserta didik diterima langsung oleh M. Naim, M.Pd.I, Amil Pelaksana BAZNAS Sidoarjo di kantornya yang beralamat di Jalan Pahlawan I Nomor 10. Penyerahan bantuan berlangsung penuh kehangatan, mencerminkan kepedulian lintas institusi pendidikan di Sidoarjo.
“Ini adalah wujud kepedulian kami sebagai bagian dari masyarakat Sidoarjo. Kami tidak bisa tinggal diam melihat saudara-saudara kami mengalami musibah sebesar ini,” ujar Ibu Sefinda dengan suara bergetar. “Dana ini dikumpulkan dari seluruh civitas akademika SMAN 3, dari guru, karyawan, hingga siswa-siswi kami yang rela menyisihkan uang saku mereka.”
Tragedi yang menimpa Ponpes Al-Khoziny tercatat sebagai salah satu bencana paling memilukan dalam sejarah Sidoarjo. Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Jawa Timur, Kombes Pol. dr. Mohammad Khusnan Marzuki, mengonfirmasi bahwa seluruh 63 jenazah korban telah teridentifikasi pada Rabu, 15 Oktober 2025. Tim DVI Polda Jatim menyelesaikan identifikasi lima jenazah terakhir yang cocok dengan data ante mortem.
“Data ante mortem yang melaporkan orang hilang yaitu 63 korban dan sudah teridentifikasi seluruhnya sebanyak 63 orang,” kata Khusnan. Operasi tim DVI pun resmi ditutup setelah seluruh jenazah diserahkan kepada keluarga santri untuk dimakamkan.
Naim menyampaikan apresiasi mendalam atas bantuan yang diterima. “Ini bukan sekadar bantuan materi, tetapi bukti bahwa solidaritas tidak mengenal sekat. Dari sekolah umum untuk pesantren, dari generasi muda untuk sesama. Dana ini akan kami salurkan untuk membantu proses pemulihan, baik untuk renovasi musholla maupun dukungan bagi keluarga korban yang membutuhkan,” jelasnya.
Ketiga peserta didik SMAN 3 yang hadir tampak khidmat. Salah satu di antara mereka, seorang siswa berbusana pramuka, mengungkapkan perasaannya. “Kami sedih mendengar kabar ini. Mereka adalah teman-teman sebaya kami yang seharusnya masih bisa mengejar cita-cita. Kami ingin berbuat sesuatu, sekecil apa pun, untuk meringankan beban keluarga yang ditinggalkan.”
Bantuan senilai Rp3.205.000 ini menjadi simbol persaudaraan di tengah duka. Angka tersebut bukan hanya representasi nilai nominal, tetapi cerminan dari ratusan tangan yang terulur, ratusan hati yang berdenyut penuh empati.
Di ruang kantor BAZNAS yang dihiasi logo Garuda Pancasila bercahaya, foto bersama diabadikan. Senyum tipis menghiasi wajah mereka—senyum yang lahir bukan dari kegembiraan, tetapi dari kesadaran bahwa mereka telah berbuat sesuatu yang bermakna.
Tragedi Ponpes Al-Khoziny meninggalkan luka, namun juga melahirkan kesadaran kolektif tentang pentingnya saling menopang. Bantuan dari SMAN 3 adalah salah satu dari sekian banyak bentuk solidaritas yang terus mengalir, membuktikan bahwa dalam setiap musibah, kemanusiaan selalu menemukan jalannya.