BeritaHeadline

Seberkas Asa di Gamping Rowo: Perjuangan Ibu Lina Membangun Rumah Impian di Tengah Ujian Disabilitas

12
×

Seberkas Asa di Gamping Rowo: Perjuangan Ibu Lina Membangun Rumah Impian di Tengah Ujian Disabilitas

Sebarkan artikel ini

Sidoarjo—Di balik terik matahari desa Gamping Rowo, Tarik, tersembunyi sebuah kisah ketangguhan seorang ibu. Lina Agustiningsih (35) bukan hanya berjuang untuk menafkahi tiga anaknya, namun juga menghadapi realitas bahwa dua di antaranya adalah penyandang disabilitas. Selama bertahun-tahun, mimpi sederhana untuk memiliki rumah yang layak dan aman terasa jauh, terhalang oleh keterbatasan ekonomi yang tak berujung. Namun, di tengah kepungan rumput liar dan tumpukan batu bata yang terbengkalai, seberkas asa kini datang, dibawa oleh uluran tangan kepedulian dari BAZNAS Sidoarjo , 25 September 2025

 

Senyapnya Cita-Cita Sejak 2018

 

Kisah perjuangan Ibu Lina bermula dari tahun 2018. Saat itu, ia dan suaminya, yang bekerja sebagai tukang bangunan, mulai merintis pembangunan rumah di atas lahan mereka. Mereka berangan-angan tentang dinding yang kokoh dan atap yang menaungi, sebuah tempat yang hangat untuk membesarkan anak-anak. Namun, impian itu harus tertunda. Penghasilan harian suami, meskipun bekerja keras, hanya cukup untuk kebutuhan makan sehari-hari.

 

“Niki damel pun sak enten-entene… mboten saged, nggih,” (Ini dibangun seadanya, tapi tidak bisa, ya), ujar Ibu Lina dalam bahasa Jawa, menggambarkan usaha mereka yang terputus-putus. Keterbatasan dana membuat pembangunan macet. Akhirnya, keluarga kecil ini terpaksa menempati rumah kakeknya sebagai tempat tinggal sementara. Tentu, tinggal menumpang bukanlah solusi permanen. Mereka membutuhkan kemandirian, apalagi dengan kondisi anak-anak yang memerlukan perhatian dan lingkungan yang sangat stabil.

 

Ujian Berat Sang Ibu

 

Beban Ibu Lina kian berat karena ia adalah anak satu satunya  dan lebih mengharukan lagi, dua dari tiga anaknya didiagnosis memiliki keterbatasan, salah satunya disebut-sebut mengalami disabilitas (disleksia atau Down Syndrome). Kondisi ini menuntut biaya pengobatan, terapi, dan perhatian ekstra yang jauh melampaui kemampuan finansial keluarga. Sementara suaminya sibuk mencari nafkah, Ibu Lina harus menjadi benteng pelindung dan perawat utama bagi anak-anaknya yang berkebutuhan khusus.

 

Dalam  dokumentasi, terekam momen emosional ketika Ibu Lina menjelaskan kondisi putrinya. Raut wajahnya memancarkan kelelahan, tetapi matanya tetap menunjukkan tekad seorang ibu yang gigih. Ia berdiri di depan dinding bata yang belum diplester, di tengah lahan berumput, menunjukkan sisa-sisa bangunan yang terbengkalai. Tempat itulah yang ia harap akan menjadi istana kecil bagi keluarganya.

Respons Cepat BAZNAS Sidoarjo

 

Kesulitan keluarga Ibu Lina menarik perhatian BAZNAS Kabupaten Sidoarjo. Pada Kamis, 25 September 2025, Ketua BAZNAS Sidoarjo, M. Chasbil Aziz Salju Sodar, langsung turun ke lapangan memimpin tim untuk melakukan Survey Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). Mereka tak hanya mengecek kondisi fisik bangunan, tetapi juga memverifikasi langsung kondisi keluarga.

 

“Dulu rumahnya di sini, Gus,” kata salah seorang pendamping, menunjukkan letak bangunan awal yang sudah tidak ada lagi, digantikan lahan kosong. Tim BAZNAS melihat langsung tumpukan batu bata ringan yang berserakan, menjadi saksi bisu terhentinya pembangunan selama bertahun-tahun. M. Chasbil Aziz Salju Sodar, yang saat itu mengenakan kemeja batik dan peci, mendengarkan dengan saksama setiap detail cerita Ibu Lina.

 

“Kondisi seperti inilah yang harus kita prioritaskan. Zakat, infaq, dan sedekah dari masyarakat Sidoarjo wajib hukumnya kita salurkan untuk meringankan beban saudara kita, terutama mereka yang memiliki tanggungan anak-anak disabilitas,” tegas salah satu anggota tim BAZNAS.

 

Mengubah Batu Bata Menjadi Harapan

 

Kunjungan BAZNAS ini bukan sekadar formalitas, melainkan pembawa janji. Tim langsung melakukan pengukuran dan pencatatan, menjadi langkah awal dimulainya program RTLH. Harapannya, dalam waktu dekat, lahan berumput itu akan segera diganti dengan rumah yang kokoh, sehat, dan layak huni, sebuah lingkungan yang suportif bagi pertumbuhan dan perawatan anak-anak Ibu Lina yang berkebutuhan khusus.

Program RTLH BAZNAS Sidoarjo adalah wujud nyata dari dana ZIS umat yang kembali kepada yang membutuhkan, mengubah cerita kesulitan menjadi narasi harapan. Bagi Ibu Lina, ini bukan hanya tentang mendapatkan tembok dan atap baru, tetapi tentang pengakuan bahwa perjuangannya tidak sendirian. Kini, ia bisa menatap masa depan dengan optimisme, menanti hari ketika ia bisa memboyong anak-anaknya ke rumah baru yang dibangun dengan kasih sayang dan kepedulian seluruh warga Sidoarjo. Di Gamping Rowo, mimpi yang tertunda selama 7 tahun akan segera terwujud, membuktikan bahwa semangat gotong royong dan zakat mampu membangun kembali tidak hanya rumah, tetapi juga kehidupan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WeCreativez WhatsApp Support
Our customer support team is here to answer your questions. Ask us anything!